Showing posts with label Media Captured. Show all posts
Showing posts with label Media Captured. Show all posts

Video Taping for 2 Hijab Trans 7

Assalamu'alaikum

Seleng beberapa waktu setelah Jakarta Fashion Week, butik saya yang berada di daerah Bintaro, Jakarta Selatan, didatangi oleh kru TV dari program 2 Hijab Trans 7. Kali ini saya diminta video  taping membahas mengenai dua brand milik saya, yaitu KIVITZ dan juga Fitri Aulia. 

Kebetulan karena saya baru saja mengikuti ajang Jakarta Fashion Week 2017, yang dibahas terlebih dahulu adalah koleksi-koleksi dari premium brand saya, yaitu Fitri Aulia. Berbicara mengenai konsep design dari Fitri Aulia, saya memang mengembangkan songket/tenun atau kain-kain tradisional lainnya dari daerah Aceh sebagai material khas dari koleksi Fitri Aulia. Sentuhan tradisional ini kemudian digabungkan dengan gaya busana modern yang anggun dan feminin. Di JFW 2017 lalu contohnya, saya menampilkan 8 baju muslim Fitri Aulia dengan menggunakan sentuhan songket Aceh sebagai bahan utamanya namun ditambah dengan bahan-bahan lainnya, seperti satin duchess, chiffon, dan organza. Video taping kali ini saya juga menerangkan tentang detail-detail yang saya gunakan untuk mempercantik setiap dressnya.

Sesi selanjutnya adalah pembahasan mengenai brand KIVITZ. KIVITZ yang merupakan second line saya ini sudah berdiri sejak dari tahun 2010. Dengan mengusung gaya feminim klasik, namun elegan, busana KIVITZ lebih ditujukan untuk busana sehari-hari. Tagline Syar'i and Stylish sudah menjadi DNA dari brand saya ini. Pembahasannya menyambung kepada koleksi terakhir dari KIVITZ, yaitu Gracious Portrayal, dan bagaimana bereksperimen untuk mix and match beberapa item dari koleksi ini.

Well, untuk lebih lengkapnya, teman-teman juga bisa menonton tayangan dua hijab trans 7 di link ini: https://www.youtube.com/watch?v=6nP2amUZs4o



 My outfit:
Satin Scarf by KIVITZ
Abaya by KIVITZ

Mix and match pertama dari koleksi KIVITZ: Graciuos Portrayal  adalah Basic Abaya dan Jean Cape, dengan dipadukan hijab berwarna cokelat.

The outfit:
Cala Scarf by KIVITZ
Tivey Dress (Black) by KIVITZ
Jean Cape by KIVITZ

Look kedua yang ditampilkan adalah Basic A-Line Dress dan Helen Outer ditambahkan Tulip Limited Scarf berwarna ungu. Kedua outfit ini cocok sekali digunakan sebagai pakaian sehari-hari untuk segala aktivitas.

The outfit:
Tulip Limited Scarf by KIVITZ
Basic A-Line Dress (Grey) by KIVITZ
Helen Outer by KIVITZ

Untuk brand Fitri Aulia, saya memakaikan dua dress yang indah ini, Sagano Dress dan Valdivian Dress. Busana Fitri Aulia di bawah ini adalah yang juga ditampilkan pada JFW 2017 lalu.

The outfit:
Satin Square Scarf by KIVITZ
Sagano Dress by FITRI AULIA

The outfit:
Cala Scarf by KIVITZ
Valdivian Dress and Long Cape by FITRI AULIA


The details

Wassalamu'alaikum

TV Interviews at KIVITZ Store Bintaro

Assalamu'alaikum

Selasa minggu lalu saya mengunjungi butik KIVITZ Bintaro untuk wawancara dengan dua stasiun TV sekaligus, Metro TV dan Bali TV. Dengan memakai koleksi terbaru dari Eid Series KIVITZ, yaitu Gregi Dress warna dusty pink, saya datang ke KIVITZ Bintaro diantar oleh suami. Setelah sampai butik, Kru Metro TV juga sudah tiba terlebih dahulu dan kami langsung melakukan proses Interview. Ppertanyaannya lebih banyak seputar trend perkembangan fashion muslim di Indonesia. Dan juga beberapa tutorial hijab dari saya. Liputan dari Metro TV ini akan tayang Sabtu, 4 Juli 2016 jam 10.30 pagi ya. Jangan lupa saksikan :)





Selang sejam berikutnya, giliran wartawan dari Bali TV yang datang ke KIVITZ Store Bintaro. Bali TV juga melalukan sesi taping dengan skenario seorang MC muslimah yang berkunjung Ke butik dan menanyakan berbagai pertanyaan mengenai brand KIVITZ, mulai dari awal berdirinya sampai konsep Syar'i & Stylish dari brand KIVITZ.

Setelah berbincang-bincang, skenario berikutnya yaitu tips bagi MC dalam memilih baju untuk menghadiri buka puasa bersama dengan teman dan kerabat. Pada proses ini kami melakukan mix & match baju KIVITZ dan dilanjutkan dengan hijab tutorial yang Syar'i & Stylish sesuai dengan motto KIVITZ. Tutorial kali ini saya menggunakan Tulip Scarf Limited yang dipadukan dengan Salena Jacket (dark teal) dan Haifa Dress (cream). Outfit ini cocok untuk menghadiri event buka puasa bersama yang sifatnya lebih formal.






Terima kasih wartawan Metro TV dan Bali TV yang sudah hadir untuk meliput KIVITZ! Semoga bermanfaat :)

Bersama dengan suami :*

My outfit:
Tulip Scarf Limited by KIVITZ
Greigi Dress by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Video Taping for 2 Hijab Trans 7

Assalamu'alaikum

Seleng beberapa waktu setelah Jakarta Fashion Week, butik saya yang berada di daerah Bintaro, Jakarta Selatan, didatangi oleh kru TV dari program 2 Hijab Trans 7. Kali ini saya diminta video  taping membahas mengenai dua brand milik saya, yaitu KIVITZ dan juga Fitri Aulia. 

Kebetulan karena saya baru saja mengikuti ajang Jakarta Fashion Week 2016, yang dibahas terlebih dahulu adalah koleksi-koleksi dari premium brand saya, yaitu Fitri Aulia. Berbicara mengenai konsep design dari Fitri Aulia, saya memang mengembangkan songket/tenun atau kain-kain tradisional lainnya dari daerah Aceh sebagai material khas dari koleksi Fitri Aulia. Sentuhan tradisional ini kemudian digabungkan dengan gaya busana modern yang anggun dan feminin. Di JFW 2016 lalu contohnya, saya menampilkan 8 baju muslim Fitri Aulia dengan menggunakan sentuhan songket Aceh sebagai bahan utamanya namun ditambah dengan bahan-bahan lainnya, seperti satin duchess, chiffon, dan organza. Video taping kali ini saya juga menerangkan tentang detail-detail yang saya gunakan untuk mempercantik setiap dressnya.

Sesi selanjutnya adalah pembahasan mengenai brand KIVITZ. KIVITZ yang merupakan second line saya ini sudah berdiri sejak dari tahun 2010. Dengan mengusung gaya feminim klasik, namun elegan, busana KIVITZ lebih ditujukan untuk busana sehari-hari. Tagline Syar'i and Stylish sudah menjadi DNA dari brand saya ini. Pembahasannya menyambung kepada koleksi terakhir dari KIVITZ, yaitu Gracious Portrayal, dan bagaimana bereksperimen untuk mix and match beberapa item dari koleksi ini.

Well, untuk lebih lengkapnya, teman-teman juga bisa menonton tayangan dua hijab trans 7 di link ini: https://www.youtube.com/watch?v=6nP2amUZs4o



 My outfit:
Satin Scarf by KIVITZ
Abaya by KIVITZ

Mix and match pertama dari koleksi KIVITZ: Graciuos Portrayal  adalah Basic Abaya dan Jean Cape, dengan dipadukan hijab berwarna cokelat.

The outfit:
Cala Scarf by KIVITZ
Tivey Dress (Black) by KIVITZ
Jean Cape by KIVITZ

Look kedua yang ditampilkan adalah Basic A-Line Dress dan Helen Outer ditambahkan Tulip Limited Scarf berwarna ungu. Kedua outfit ini cocok sekali digunakan sebagai pakaian sehari-hari untuk segala aktivitas.

The outfit:
Tulip Limited Scarf by KIVITZ
Basic A-Line Dress (Grey) by KIVITZ
Helen Outer by KIVITZ

Untuk brand Fitri Aulia, saya memakaikan dua dress yang indah ini, Sagano Dress dan Valdivian Dress. Busana Fitri Aulia di bawah ini adalah yang juga ditampilkan pada JFW 2016 lalu.

The outfit:
Satin Square Scarf by KIVITZ
Sagano Dress by FITRI AULIA

The outfit:
Cala Scarf by KIVITZ
Valdivian Dress and Long Cape by FITRI AULIA


The details

Wassalamu'alaikum

"Kisah Sejoli Melambungkan KIVITZ" by SWA Magazine

Assalamu'alaikum

Ada yang sudah membeli majalah SWA edisi November 2015? Pada edisi ini ada liputan mengenai KIVITZ yang ditulis dalam bagian Entrepreneur. Alhamdulillah... Sebelumnya wartawan dari Majalah SWA mendatangi kantor kami dan banyak menanyakan hal-hal menarik, seperti bagaimana awal merintis brand KIVITZ? dan seperti apa strategi bisnis yang diterapkan? Kalau kamu tertarik dengan bisnis, silahkan membeli dan membaca majalahnya. Berikut saya salinkan tulisan artikelnya dibawah ini.


Kisah Sejoli Melambungkan KIVITZ
oleh Henni T. Soelaeman dan Rif'atul Mahmudah

Di tengah ingar-bingar bisnis busana muslim, KIVITZ adalah salah satu merek yang mampu mencuri perhatian. Dengan model pemasaran online dan offline, KIVITZ mempu membukukan omset 300 juta per bulan. Apa keunggulan KIVITZ? Di mata Dwi Sulistyarini, rancangan KIVITZ potongannya pas dan polanya cocok. "Dipakainya nyaman. Saat ini saya berusaha lebih syar'i dalam berpakaian," ungkap perempuan 34 tahun yang dalam keseharian, kantor ataupun acara pesta memilih busana keluaran KIVITZ.

Syar'i dan stylish. Itulah ciri rancangan KIVITZ. "Kami mengedepankan syari'at Islam," ungkap Fitri Aulia, pemilik KIVITZ. Dalam merancang, ada lima pakem yang ia berlakukan; hijabnya menutup dada; tidak transparan; tidak ketat atau membentuk tubuh; tidak menyerupai laki-laki (tidak ada produk celana panjang); dan pakai kaus kaki. "Konsep kami seperti itu. Ini idealisme kami," imbuhnya. Namun, KIVITZ tak ketinggalan dalam hal gaya dengan memberikan sentuhan warna bold, terang, feminin dan elegan.


Selain merek KIVITZ, kelahiran Bogor 11 Mei 1988 ini juga membesut merek yang mengusung namanya sendiri: Fitri Aulia. Kalau KIVITZ lebih ke busana sehari-hari yang membidik pasar menengah dengan rentang usia lebih matang (20-40 tahun), label Fitri Aulia lebih ke pakaian evening gown. "Karena saya orang Aceh, beberapa rancangan saya berikan aksen songket Aceh," ujar bungsu dari tiga bersaudara yang menggemari jalan-jalan ini.

Fitri Aulia membangun KIVITZ bersama suaminya, Mulky Aulia, pada 2011 dengan modal Rp. 4 juta. Dalam sebulan, mereka mampu melempar sekitar 2.500 piece yang disebar ke empat toko offline di Bintaro, Kemang, Bandung dan Pekanbaru, serta untuk konsumen yang memesan secara online. Saat peak season, seperti Idul Fitri, omset bisa meningkat dua-tiga kali lipat dari perolehan pada bulan biasa. Menurutnya, untuk momen Lebaran, penjualan terbesar disumbang lewat online. Pembeliannya juga bisa datang dari mancanegara, sebut saja Malaysia, Hong Kong, Singapura dan Afrika Selatan.

Keberhasilan KIVITZ, menurut Mulky, karena disiapkan sangat matang. Sebelum diluncurkan, sang istri menggarap dunia maya sebagai fashion blogger dan bergabung dengan Hijabers Community (HC). Selama lima bulan, Fitri aktif mengampanyekan slogan syar'i and stylish. Fitri juga meluncurkan buku Inspiring Syar'i & Stylish Hijab. Setelah cukup dikenal sebagai fashion blogger, produk busana muslimah rancangan Fitri pun mulai dipasarkan pada awal 2011. Mereka berbagi peran. Fitri yang alumni Administrasi Niaga FISIP Universitas Indonesia bertanggung jawab atas produksi dan keuangan. Sementara Mulky bertanggung jawab menangani pemasaran karena ia memang gemar soal branding. "Saya hanya membekali diri dengan membaca buku pemasaran," kata Mulky yang lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Trisakti.

Menurut Mulky, merintis bisnis sejatinya visi baru mereka setelah menikah, "Kami berprinsip tidak mau kerja kantoran. Jadi, kami mesti sukseskan apapun yang akan kami buat," ujar kelahiran Bukittinggi 6 September 1986 ini. Dipilihnya bidang fashion karena ia melihat istrinya tertarik menekuni bisnis fashion dengan memiliki pengalaman berjualan tas semasa kuliah. Bertepatan dengan momentum HC, Fitri menjadi salah satu yang berperan dalam pembentukan komunitas yang beberapa anggotanya adalah desainer muslimah itu. "Karena belum memiliki kemampuan untuk membuat produk, kami pun melakukan hal yang sifatnya strategis. Kami rencanakan mereknya akan seperti apa," ucapnya.

Sebagai fashion blogger, Fitri kemudian dibantu Mulky mengisi blog dengan ilustrasi tentang konsep busana muslimah. "Saya yang menggambar," katanya. Setelah memiliki kamera, ia memasukkan foto-foto Fitri dan kegiatannya. Follower-nya makin bertambah karena banyak yang suka. Lima bulan kemudian, dibuatlah clothing line, KIVITZ. Selama lima bulan itu, mereka bahu-membahu mempersiapkan peluncuran KIVITZ. Ada momen saat berdua naik motor membawa bahan-bahan terkena musibah yang menyebabkan kelingking kaki Fitri patah. "Saat peluncuran produk lewat Facebook, istri saya masih duduk di kursi roda," cerita Mulky.


Merek KIVITZ kian berpendar saat ditawari untuk dijual di Moshaict. "Dua bulan diluncurkan, kami masuk toko. Tapi kemudian, karena visi yang berbeda, kami keluar. Karena kami punya idealisme, menciptakan tren, bukan mengikuti tren. Baru kemudian kami buka toko bersama dengan teman-teman yang memiliki visi yang sama di Muse 101, fX," ujar Mulky. Toko berikutnya dibuka di Bintaro, Februari lalu. Menyusul di Pekanbaru dan Bandung lewat model waralaba.

Dari awal, mereka sadar bahwa KIVITZ berkembang karena komunitas. Karena itu, kiprahnya di media sosial terus dikelola dengan baik. "Kami punya follower yang kami terus kelola," kata Mulky. Mereka pun akhirnya merekrut karyawan yang khusus mengelola dan bertanggung jawab untuk melakukan update di media sosial. "Fitri Aulia adalah sosok yang dikenal tanpa media seperti artis melalui televisi, tetapi dikenal melalui media sosial. Jadi, blognya harus selalu aktif. Blog harus konsisten di-upload tiga kali seminggu," imbuh Mulky.

Untuk keperluan blognya yang juga berperan sebagai iklan berjalan, Mulky melakukan pemotretan sendiri semua kegiatan Fitri. Ia berusaha menyajikan foto-foto dengan hasil kualitas fotografer. "Sekian banyak fashion blogger, bagaimana agar orang berhenti pada blog kami, ya dengan kualitas gambar yang bagus. Cek saja, yang banyak follower-nya adalah yang foto-fotonya bagus," ujarnya. Selain melalui blog, foto Fitri dengan ragam produk fashion-nya disebar pula lewat Instagram dan Facebook. "Foto yang di-upload pun tidak pernah yang insidental selfi lalu upload, tetapi diedit dulu. Konsistensi inilah yang mungkin menjadi strategi terbesar kami dalam pemasaran," papar Mulky. 

Menurut Fitri, sebagai desainer, ia berupaya terus inovatif dengan menciptakan kreasi dan rancangan yang bisa diterima pasar tanpa menabrak pakem yang sudah digariskan KIVITZ. Untuk menambah wawasan, Fitri kemudian kuliah di LaSalle College." Supaya dapat pengetahuan baru yang tadinya saya tidak tahu sama sekali," ungkapnya. Dengan sekolah fashion, ia menemukan hal baru soal tren ataupun biaya produksi. Untuk ide rancangan, ia kerap melihat dari tren dunia, mengacu ke Paris, Milan, New York dan London. "Tetapi kami hijab. Jadi, melihat tren dunia dan mentransfer ke dalam bentuk hijab," katanya.

Ke depan, Fitri ingin membuka toko di setiap kota, paling tidak di kota besar. Sementara Mulky terus berusaha memperkuat merek KIVITZ.

Wassalamu'alaikum

TV Interviews at KIVITZ Store Bintaro

Assalamu'alaikum

Selasa minggu lalu saya mengunjungi butik KIVITZ Bintaro untuk wawancara dengan dua stasiun TV sekaligus, Metro TV dan Bali TV. Dengan memakai koleksi terbaru dari Eid Series KIVITZ, yaitu Gregi Dress warna dusty pink, saya datang ke KIVITZ Bintaro diantar oleh suami. Setelah sampai butik, Kru Metro TV juga sudah tiba terlebih dahulu dan kami langsung melakukan proses Interview. Ppertanyaannya lebih banyak seputar trend perkembangan fashion muslim di Indonesia. Dan juga beberapa tutorial hijab dari saya. Liputan dari Metro TV ini akan tayang Sabtu, 4 Juli 2015 jam 10.30 pagi ya. Jangan lupa saksikan :)





Selang sejam berikutnya, giliran wartawan dari Bali TV yang datang ke KIVITZ Store Bintaro. Bali TV juga melalukan sesi taping dengan skenario seorang MC muslimah yang berkunjung Ke butik dan menanyakan berbagai pertanyaan mengenai brand KIVITZ, mulai dari awal berdirinya sampai konsep Syar'i & Stylish dari brand KIVITZ.

Setelah berbincang-bincang, skenario berikutnya yaitu tips bagi MC dalam memilih baju untuk menghadiri buka puasa bersama dengan teman dan kerabat. Pada proses ini kami melakukan mix & match baju KIVITZ dan dilanjutkan dengan hijab tutorial yang Syar'i & Stylish sesuai dengan motto KIVITZ. Tutorial kali ini saya menggunakan Tulip Scarf Limited yang dipadukan dengan Salena Jacket (dark teal) dan Haifa Dress (cream). Outfit ini cocok untuk menghadiri event buka puasa bersama yang sifatnya lebih formal.






Terima kasih wartawan Metro TV dan Bali TV yang sudah hadir untuk meliput KIVITZ! Semoga bermanfaat :)

Bersama dengan suami :*

My outfit:
Tulip Scarf Limited by KIVITZ
Greigi Dress by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

"Kisah Sejoli Melambungkan KIVITZ" by SWA Magazine

Assalamu'alaikum

Ada yang sudah membeli majalah SWA edisi November 2014? Pada edisi ini ada liputan mengenai KIVITZ yang ditulis dalam bagian Entrepreneur. Alhamdulillah... Sebelumnya wartawan dari Majalah SWA mendatangi kantor kami dan banyak menanyakan hal-hal menarik, seperti bagaimana awal merintis brand KIVITZ? dan seperti apa strategi bisnis yang diterapkan? Kalau kamu tertarik dengan bisnis, silahkan membeli dan membaca majalahnya. Berikut saya salinkan tulisan artikelnya dibawah ini.


Kisah Sejoli Melambungkan KIVITZ
oleh Henni T. Soelaeman dan Rif'atul Mahmudah

Di tengah ingar-bingar bisnis busana muslim, KIVITZ adalah salah satu merek yang mampu mencuri perhatian. Dengan model pemasaran online dan offline, KIVITZ mempu membukukan omset 300 juta per bulan. Apa keunggulan KIVITZ? Di mata Dwi Sulistyarini, rancangan KIVITZ potongannya pas dan polanya cocok. "Dipakainya nyaman. Saat ini saya berusaha lebih syar'i dalam berpakaian," ungkap perempuan 34 tahun yang dalam keseharian, kantor ataupun acara pesta memilih busana keluaran KIVITZ.

Syar'i dan stylish. Itulah ciri rancangan KIVITZ. "Kami mengedepankan syari'at Islam," ungkap Fitri Aulia, pemilik KIVITZ. Dalam merancang, ada lima pakem yang ia berlakukan; hijabnya menutup dada; tidak transparan; tidak ketat atau membentuk tubuh; tidak menyerupai laki-laki (tidak ada produk celana panjang); dan pakai kaus kaki. "Konsep kami seperti itu. Ini idealisme kami," imbuhnya. Namun, KIVITZ tak ketinggalan dalam hal gaya dengan memberikan sentuhan warna bold, terang, feminin dan elegan.


Selain merek KIVITZ, kelahiran Bogor 11 Mei 1988 ini juga membesut merek yang mengusung namanya sendiri: Fitri Aulia. Kalau KIVITZ lebih ke busana sehari-hari yang membidik pasar menengah dengan rentang usia lebih matang (20-40 tahun), label Fitri Aulia lebih ke pakaian evening gown. "Karena saya orang Aceh, beberapa rancangan saya berikan aksen songket Aceh," ujar bungsu dari tiga bersaudara yang menggemari jalan-jalan ini.

Fitri Aulia membangun KIVITZ bersama suaminya, Mulky Aulia, pada 2011 dengan modal Rp. 4 juta. Dalam sebulan, mereka mampu melempar sekitar 2.500 piece yang disebar ke empat toko offline di Bintaro, Kemang, Bandung dan Pekanbaru, serta untuk konsumen yang memesan secara online. Saat peak season, seperti Idul Fitri, omset bisa meningkat dua-tiga kali lipat dari perolehan pada bulan biasa. Menurutnya, untuk momen Lebaran, penjualan terbesar disumbang lewat online. Pembeliannya juga bisa datang dari mancanegara, sebut saja Malaysia, Hong Kong, Singapura dan Afrika Selatan.

Keberhasilan KIVITZ, menurut Mulky, karena disiapkan sangat matang. Sebelum diluncurkan, sang istri menggarap dunia maya sebagai fashion blogger dan bergabung dengan Hijabers Community (HC). Selama lima bulan, Fitri aktif mengampanyekan slogan syar'i and stylish. Fitri juga meluncurkan buku Inspiring Syar'i & Stylish Hijab. Setelah cukup dikenal sebagai fashion blogger, produk busana muslimah rancangan Fitri pun mulai dipasarkan pada awal 2011. Mereka berbagi peran. Fitri yang alumni Administrasi Niaga FISIP Universitas Indonesia bertanggung jawab atas produksi dan keuangan. Sementara Mulky bertanggung jawab menangani pemasaran karena ia memang gemar soal branding. "Saya hanya membekali diri dengan membaca buku pemasaran," kata Mulky yang lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Trisakti.

Menurut Mulky, merintis bisnis sejatinya visi baru mereka setelah menikah, "Kami berprinsip tidak mau kerja kantoran. Jadi, kami mesti sukseskan apapun yang akan kami buat," ujar kelahiran Bukittinggi 6 September 1986 ini. Dipilihnya bidang fashion karena ia melihat istrinya tertarik menekuni bisnis fashion dengan memiliki pengalaman berjualan tas semasa kuliah. Bertepatan dengan momentum HC, Fitri menjadi salah satu yang berperan dalam pembentukan komunitas yang beberapa anggotanya adalah desainer muslimah itu. "Karena belum memiliki kemampuan untuk membuat produk, kami pun melakukan hal yang sifatnya strategis. Kami rencanakan mereknya akan seperti apa," ucapnya.

Sebagai fashion blogger, Fitri kemudian dibantu Mulky mengisi blog dengan ilustrasi tentang konsep busana muslimah. "Saya yang menggambar," katanya. Setelah memiliki kamera, ia memasukkan foto-foto Fitri dan kegiatannya. Follower-nya makin bertambah karena banyak yang suka. Lima bulan kemudian, dibuatlah clothing line, KIVITZ. Selama lima bulan itu, mereka bahu-membahu mempersiapkan peluncuran KIVITZ. Ada momen saat berdua naik motor membawa bahan-bahan terkena musibah yang menyebabkan kelingking kaki Fitri patah. "Saat peluncuran produk lewat Facebook, istri saya masih duduk di kursi roda," cerita Mulky.


Merek KIVITZ kian berpendar saat ditawari untuk dijual di Moshaict. "Dua bulan diluncurkan, kami masuk toko. Tapi kemudian, karena visi yang berbeda, kami keluar. Karena kami punya idealisme, menciptakan tren, bukan mengikuti tren. Baru kemudian kami buka toko bersama dengan teman-teman yang memiliki visi yang sama di Muse 101, fX," ujar Mulky. Toko berikutnya dibuka di Bintaro, Februari lalu. Menyusul di Pekanbaru dan Bandung lewat model waralaba.

Dari awal, mereka sadar bahwa KIVITZ berkembang karena komunitas. Karena itu, kiprahnya di media sosial terus dikelola dengan baik. "Kami punya follower yang kami terus kelola," kata Mulky. Mereka pun akhirnya merekrut karyawan yang khusus mengelola dan bertanggung jawab untuk melakukan update di media sosial. "Fitri Aulia adalah sosok yang dikenal tanpa media seperti artis melalui televisi, tetapi dikenal melalui media sosial. Jadi, blognya harus selalu aktif. Blog harus konsisten di-upload tiga kali seminggu," imbuh Mulky.

Untuk keperluan blognya yang juga berperan sebagai iklan berjalan, Mulky melakukan pemotretan sendiri semua kegiatan Fitri. Ia berusaha menyajikan foto-foto dengan hasil kualitas fotografer. "Sekian banyak fashion blogger, bagaimana agar orang berhenti pada blog kami, ya dengan kualitas gambar yang bagus. Cek saja, yang banyak follower-nya adalah yang foto-fotonya bagus," ujarnya. Selain melalui blog, foto Fitri dengan ragam produk fashion-nya disebar pula lewat Instagram dan Facebook. "Foto yang di-upload pun tidak pernah yang insidental selfi lalu upload, tetapi diedit dulu. Konsistensi inilah yang mungkin menjadi strategi terbesar kami dalam pemasaran," papar Mulky. 

Menurut Fitri, sebagai desainer, ia berupaya terus inovatif dengan menciptakan kreasi dan rancangan yang bisa diterima pasar tanpa menabrak pakem yang sudah digariskan KIVITZ. Untuk menambah wawasan, Fitri kemudian kuliah di LaSalle College." Supaya dapat pengetahuan baru yang tadinya saya tidak tahu sama sekali," ungkapnya. Dengan sekolah fashion, ia menemukan hal baru soal tren ataupun biaya produksi. Untuk ide rancangan, ia kerap melihat dari tren dunia, mengacu ke Paris, Milan, New York dan London. "Tetapi kami hijab. Jadi, melihat tren dunia dan mentransfer ke dalam bentuk hijab," katanya.

Ke depan, Fitri ingin membuka toko di setiap kota, paling tidak di kota besar. Sementara Mulky terus berusaha memperkuat merek KIVITZ.

Wassalamu'alaikum